Memang nggak enak ya, kalo kita dikritik orang. Rasanya dunia begitu kejam bagi seorang yang sedang dikritik dan dipojokan. Bahkan kita seperti menjadi orang paling terhina di dunia ini. Itu sebabnya, nggak jarang kita menjadi benci setengah mati kepada orang yang telah berani mengusik kita. Dendam pun mengumpal dalam dada kita dan siap dimuntahkan. Bagi kamu yang masih segan kepada sang pengkritik, biasanya cukup dinikmati dalam hati, tapi dengan segudang rasa kesal yang berkecamuk. Dan, bagi kamu yang kurang bisa memendam perasaan, biasanya langsung menumpahkan kekesalan itu dalam bentuk sumpah serapah dan makian.
Kalo kamu lagi enak-enak pacaran sama teman sekelasmu, tiba-tiba ada yang menegurmu, rasanya dongkol banget kan? Terus kamu jadi naik darah. Pengen rasanya ngamuk atau menyumpal mulut bawel teman kamu itu. Reaksi spontan mempertahankan diri adalah ciri khas orang yang sedang diserang. Meski kamu melakukan kesalahan, tapi rasanya nggak rela kalo dikritik begitu. Rasanya kok orang mau-maunya turut campur urusan orang lain. Padahal, urus saja diri sendiri.
Sobat MGTS, kalo ngikutin hawa nafsu kita, memang dikritik itu menyakitkan dan bikin bete. Tapi inget lho, bahwa kritik itu justru bisa mendewasakan kita. Bukan apa-apa, kita kan hidup berdampingan dengan orang lain. Itu artinya, kita kudu rela untuk dilihat dan dinilai oleh orang lain. Penilaian itu bisa baik, bisa juga jelek. Bergantung bagaimana kita bersikap dalam lingkungan tempat kita tinggal. Itu sebabnya, menjadi wajar kalo ada yang kritik, karena biasanya akan mengevaluasi kita. Orang yang kebal kritik, nampaknya sulit untuk peduli dan menghargai orang lain.
Dakwah, bisa dibilang sebagai ‘kritik’. Ketika kita melakukan amar ma’ruf, alias menyuruh kepada kebaikan, ada saja orang yang sulit untuk diajak. Padahal, itu adalah salah satu bentuk kepedulian kita. Apalagi ketika kita melakukan nahyi munkar (melarang kemungkaran), rasanya makin sulit kita lakukan. Selain, harus mengalahkan rasa takut dalam diri kita karena khawatir yang akan dinasihati itu marah, juga kita kudu siap dengan segala kemungkinan yang bakal terjadi, misalnya menghadapi ancaman mereka.
ketika saya mengeluarkan artikel, adakalanya orang menganggap saya ‘radikal’, tukang kritik pedas dan lain sebagainya. Tapi bagi saya, itu bukan persoalan. Sebab, saya melakukan itu karena saya peduli dengan suadara-saudara muslim lainnya. Kalo saya diem saja ketika ada teman yang melakukan maksiat, itu tandanya saya tak peduli. Dan, kritik memang bisa dilakukan dengan halus, bisa juga dengan tegas (mungkin sebagian orang kemudian menganggapnya keras).
Jadi, pandanglah kritik itu sebagai bentuk kepedulian saudara kita kepada kita. Meski terasa pahit, tapi nikmati sebagai sebuah anugerah terindah yang kita miliki. Karena ternyata masih ada orang yang mau peduli dengan kita. Andaikan saja tidak ada orang yang mengomentari kita, maka kita tidak akan pernah bisa mengevaluasi diri. Jadi orang yang mengkritik adalah ‘polisi’ bagi kita. Allah Swt. berfirman: “Demi massa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan melakukan amal sholih dan saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam (menetapi) kesabaran.” (TQS al-Ashr [103]: 1-3)[]
Gue ngerasa emang nggak mudah untuk menyatukan kaum muslimin yang bukan saja telah dipecah-pecah dalam berbagai negara, tapi pikiran dan dan perasaannya aja sulit disatukan meskipun yang bersangkutan berada dalam barisan pejuang Islam. Gue berharap, HAMAS berjuang demi Islam, bukan cuma demi bebas dari penjajahan Israel aja lalu mendirikan Palestina dalam bingkai sistem yang bukan Islam. Sebab, yang gue tahu dan paham bahwa saat ini tak satupun negara di dunia yang menerapkan Islam secara total dari akar sampe daun dalam bingkai negara.
Arab Saudi? Ah, negeri itu pake sistem kerajaan, kok. Lagian nggak semua syariat Islam diterapkan. Malaysia? Nggak beda jauh ama Arab Saudi, bahkan demokrasi masih menjadi sistem untuk ngatur kehidupan rakyatnya. Mesir, Turki, Kuwait, Libanon, Yordania, termasuk Indonesia? Ah, hanya kaki tangan para kapitalis penjajah. Pantes aja darah kaum muslimin nggak berhenti mengalir, wajar saja penderitaan kaum muslimin tak kunjung usai, nggak heran juga kalo sampe sekarang kaum muslimin ditindas, dihina, disiksa dan dihabisi. Karena kita masih berharap pada kekuatan-kekuataan yang merintangi berdirinya kekuatan Islam. Kita masih berharap pada demokrasi, masih berharap pada kapitalisme, masih berharap pada sistem buatan manusia. Ah, gue yakin kalo gitu, bahwa siapa bilang demokrasi sudah mati, wong orang Islam yang seharusnya membunuh demokrasi malah membelanya mati-matian. Akan ada banyak antek penjajah, yang kadang tanpa sadar kita sendiri menjadi orang yang tertipu dengan propaganda musuh-musuh Islam tersebut.
Gue miris banget dengan kondisi kayak gini. Jumlah kaum muslimin itu banyak banget. Tapi semuanya tercerai-berai. Nggak ada ikatan pasti di antara mereka, kecuali ikatan akidah semata tanpa dibingkai dalam aturan negara yang sama. Kita masih terkotak-kotak di negara masing-masing. Kita masih merasa bangga sebagai sebuah bagian dari suatu bangsa sambil merendahkan bangsa lain. Orang Indonesia dan Malaysia bertengkar demi nasinalisme, padahal sama-sama banyak muslimnya. Orang Palestina ingin merdeka dari Israel. Itu wajar. Tapi, yang nggak wajar adalah ingin merdeka dan menjadi negara berdaulat tapi menerapkan kapitalisme-sekularisme. Seperti negara lainnya. Semoga saja tidak. Karena kalo kayak gitu, sama aja dengan keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau! Sama celakanya. Dan, Islam makin lama meraih kebangkitan. Umat Islam, makin sering menjadi bangkrut ketimbang bangkit.
Mungkinkah kondisi ini adalah gambaran yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadisnya? Beliau saw. bersabda: “Akan datang suatu masa, dalam waktu dekat, ketika bangsa-bangsa (musuh-musuh Islam) bersatu-padu mengalahkan (memperebutkan) kalian. Mereka seperti gerombolan orang rakus yang berkerumun untuk berebut hidangan makanan yang ada di sekitar mereka”. Salah seorang shahabat bertanya: “Apakah karena kami (kaum Muslimin) ketika itu sedikit?” Rasulullah menjawab: “Tidak! Bahkan kalian waktu itu sangat banyak jumlahnya. Tetapi kalian bagaikan buih di atas lautan (yang terombang-ambing). (Ketika itu) Allah telah mencabut rasa takut kepadamu dari hati musuh-musuh kalian, dan Allah telah menancapkan di dalam hati kalian ‘wahn’“. Seorang shahabat Rasulullah bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ‘wahn‘ itu?” Dijawab oleh Rasulullah saw.: “Cinta kepada dunia dan takut (benci) kepada mati”. (at-Tarikh al-Kabir, Imam Bukhori; Tartib Musnad Imam Ahmad XXIV/31-32; “Sunan Abu Daud”, hadis No. 4279)
Kondisi yang dialami kaum Muslimin saat ini, tentu membuat gembira musuh-musuhnya. Nggak usah capek-capek memerangi karena umat Islamnya sendiri udah nggak bertenaga dan bahkan mengadopsi apa yang diajarkan oleh mereka. Permisifisme dan hedonisme adalah budaya Barat, tapi kini diamalkan juga oleh kaum Muslimin. Kapitalisme-sekularisme dan demokrasi adalah aturan kehidupan musuh-musuh Islam, tapi kini banyak pejuang dan pembelanya dari kalangan kaum muslimin. Tuh, gimana nggak senang dan bersorak gembira kalo kenyataannya kayak gini. Tul nggak?
Padahal, Islam tuh keren banget, cuma sayangnya banyak umat Islam yang nggak tahu. Bahkan ada yang mencoba mengambil manfaat dari budaya Barat secara total. Ini kan aneh. Duh, kalo gitu, makin seneng aja musuh-musuh Islam. Benar kata Muhammad Abduh, “Al Islamu mahjubun bil muslimin – agama Islam terhalangi oleh kaum muslimin.” Yup, cahaya dan keagungan Islam pudar oleh perbuatan umatnya sendiri.
Dengan kenyataan seperti ini, tentunya kita berharap banget nih kaum Muslimin (khususnya remaja) segera nyadar. Kita ini hebat, tapi karena kita kebanyakan nggak memahami Islam sebagai ideologi, cuma tahu Islam tuh ngurus ibadah ritual belaka, maka akibatnya kita jadi lemah, tak berdaya, hilang kekuatannya, dan tumbuh subur kemaksiatan dalam kehidupan kita. Kondisi ini bikin musuh-musuh Islam seneng ati. Liat aja Israel, betapa negara ini adem-ayem ngebunuhi saudara kita di Palestina. Aduh, rugi banget dah kita. Ayo bangkit!
Hanya kepada Allah Swt. kita berharap dan memohon segala pertolongan. Semoga kita semua diberkahi, dirahmati, dan senantiasa dilindungi oleh Allah Swt. Allah Ta’ala nggak bakalan salah dalam mengkalkulasi amalan kita. Jadi, yuk sama-sama kita berjuang untuk membela Islam. Wujud pembelaan kita kepada rakyat Palestina semata karena mereka muslim. Saudara kita. Semoga keimanan, ketakwaan, keberanian, keikhlasan, dan semangat juang senantiasa menjadi penggerak dakwah kita. Tentu, agar Islam tetap bergema hingga akhir jaman.
Bro, gue pernah baca sebuah hadis. Nih, gue tulis ulang ya. Semoga saja kian meyakinkan diri kita dan mampu mengobarkan semangat kita. Rasulullah saw. bersabda (yang artinya): “Perkara ini (Islam) akan merebak di segenap penjuru yang ditem?bus malam dan siang. Allah tidak akan mem?biarkan satu rumah pun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya se?hingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufuran” (HR Ibnu Hibban)
Bro en Sis, gue doain semoga elo semua dan gue, ya kita semua, menjadi pejuang dan pembela Islam yang ikhlas dan gagah berani, sebagaimana Muhammad al-Fatih sang pembebas Konstantinopel. Beliau dan pasukannya menaklukkan Konstantinopel alias Byzantium yang saat itu merupakan pusat kekaisaran Romawi Timur pada 1453 M (857 H).
Muhammad al-Fatih, pemimpin para pemuda yang usianya belum genap 23 tahun telah dimuliakan oleh Allah Swt. melalui pujian Rasulullah saw. sebagai pembebas Konstantinopel: “Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (yang membebaskan) Konstatinopel dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.“ (HR Ahmad)
Ayo, siapa siap membela rakyat Palestina dan membebaskan mereka dari kekufuran dan kemudian hidup sejahtera di bawah naungan Khilafah Islamiyah sebagaimana ketika Khalifah Umar bin Khathtab r.a. membebaskan Yerusalem (Baitul Maqdis) dari cengkeraman pasukan Salib Eropa? Kita harus semua semuanya.
So, segera hentikan diam kita dan satukan langkah untuk maju bersama. Jangan reaksioner ketika melihat kenyataan ini. Untuk kemudian lupa lagi setelah kondisi aman dan damai. Tapi kita harus stabil. Spartan. Nggak kenal lelah. Okelah kita sekarang fokus gimana melawan agresi Israel atas Palestina. Kita harus bahu-membahu melakukan dukungan dan perlawanan. Tapi setelah selesai, jangan lupa bahwa masalah utama adalah karena umat Islam nggak terikat dalam ikatan yang kuat dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah. Itu masalah utamanya, Bro. Jadi perjuangan menegakkan Khilafah tetap akan jalan terus sampai kapan pun. Waduh, gue kok jadi ngedadak bisa nulis banyak dalil kayak gini ya? Hahahaha.. semoga saja gue nggak sedang ngimpi!
Cari Blog Ini
Kamis, 30 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar