Cari Blog Ini

Kamis, 27 Januari 2011

Musyawarah tuk Mencapai Maslahat

Saat kita menasehati orang lain, apa yang kita ucapkan merupakan batas maksimal pemikiran kita untuk “sekedar” membantu. Mencoba membantu melepas beban mereka meski cuma sedikit. Dan sudah sepantasnya terhenti atas itu niat kita. Mengingat kita hidup di akhir jaman, tak sedikit juga yang berniat menuai simpati atas orang yang kita bantu. Berharap imbalan atau apalah dengan tujuan tertentu pula. Allahu a’lam bis shawab, Sob..

Demikian juga saat kita sendiri yang mengalami suatu permasalahan. Apa yang teman, saudara, suami, istri, guru bahkan orang tua kita sendiri coba “tausiyah”kan, rasanya kuping tertutup rapat tuk mendengar. Rasanya hati terkunci akan kebenaran yang datang. Terdapat ruang gelap tersendiri yang ingin mempertahankan kelamnya. Mengusir cahaya. Manusiawi.

Masalah, Cobaan hidup, Problematika batin esensinya hanya satu, yakni suatu perkara yang datang mengganggu / mengusik kedamaian hidup kita. Tak dipungkiri, semua yang hidup pasti bakalan ditamuin dengan perkara yang satu ini. Meski kadang kedatangannya sama sekali ga’ sopan menurut kita. Tapi jangan berfikir juga kalau mati akan terlepas dari sebuah permasalahan. Karena kematian hanyalah frase penghisaban amalan-amalan kita didunia. Mending kalau ada bekal amalan baik meski cuma sedikit. Nah, kalo ga’ punya modal sama sekali, mau nanggung kerugiannya kekal dialam sana? Na’udzubillah deh Sob.

Sob, (bagi yang mengalami hal yang sama diatas) dalam keadaan bingung bin bimbang seperti itu, tak ada yang bisa membantu lebih baik tuk sembuh, keluar dari masalah, selain diri kita sendiri. Itu awalnya. Selayaknya juga kita patut intropeksi diri. Muhasabah jiwa raga. Rugi dong menghabiskan waktu terus tenggelam dalam ketidak pastian dan keterpurukan. Emang sih, suatu saat ada juga saatnya bangkit. Tapi bukannya jauh lebih baik jika “Hari Kebangkitan” itu disegerakan? Ingat Sob, Islam menentang keras orang-orang yang mudah berputus asa. Kalaupun ada orang-orang yang mudah berputus asa, perlu dipertanyakan lagi kadar keIslamannya. Tapi tenaang, sebagai umat Islam (yang insyaallah beriman), sudah sepantasnya kita berbesar hati. Karena ALLAH menjamin akan menjawab segala doa kita. Pastinya dengan Syarat & Ketentuan berlaku sih. (Afwan Sob, bahasa iklannya kelepasan..)

“Dan Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka memenuhi (panggilan/perintah)Ku, dan beriman kepadaKu agar mereka mendapat petunjuk (bimbingan)”.
(QS Al Baqarah : 186)

Jika menimbang, mengingat dan memperhatikan ayat diatas, bisa kita putuskan (yang ini bahasa peradilan biasanya..) bahwa hanya orang-orang beriman saja yang doanya bakal di ijabah olehNya dalam penyelesaian suatu masalah jika kita termasuk Muslim (‘n Muslimah) introvert tapi syar'i. Karakter orang yang bersifat individual yang biasanya lebih suka pendiam dan tertutup. Tapi getol dalam urusan ibadah. Bagaimana dengan kita-kita yang batas keimanannya pas-pas’an? Lagi-lagi Islam datang membawa solusi yang lain pula. Islam agama Syumuliyah. Salah satu karakter agama yang tidak hanya mengutamakan satu aspek dan mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam nampak pada konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan. Mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara.

Musyawarah.

Manusia macam kita wajib hukumnya membutuhkan manusia macam kita yang lain. Bingung khan? Sama. Sengaja, biar kendor dikit urat seriusnya.. Intinya, sebagai manusia kita diwajibkan berinteraksi (baik langsung ataupun tak langsung) dengan manusia lain. Begitu pula jika kita terkena musibah atau masalah. Wajib hukumnya kita merembuk atawa memusyawarahkan masalah kita. Dengan orang yang kita percaya dan lebih dewasa dalam pemikiran tentunya. Bahkan dalam Al-Qur’anur kariim terdapat satu surah khusus berkenaan dengan hal diatas. Surah ke 42, yakni surah Asy Syuura yang artinya Musyawarah. Berikut penggalan ayat yang berkenaan dengan hal bermusyawarah..

“ Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.”
(QS Asy Syuura : 38)

Kadang diawal memang terasa berat menerima sebuah kebenaran. Apalagi kebenaran itu berlawanan dengan kehendak hati dan terpilih dari suara terbanyak. Tapi sadar nggak Sob, (aslinya sadar nggak disadar-sadarin sih) beberapa dari kebenaran itu yang mendewasakan kita. Meningkatkan kadar pemikiran kita sebagai makhluk yang lemah setingkat atau mungkin beberapa tingkat lebih siap menghadapi cobaan kehidupan. Meninggikan beberapa derajat kemanusiaan kita dimata Sang Khalik. Memaslahatkan diri sendiri yang insyaallah berefek kepada orang lain sekitar kita. Itu khan dampak positifnya Sob.
Kemaslahatan.

Tapi dalam kenyataannya tak jarang juga atas nama kemaslahatan orang lain, beberapa orang “terpaksa ikhlas” mengorbankan kepentingan diri mereka sendiri. Baik itu pengorbanan atas nama materi, waktu, bahkan perasaan. Atau mungkin juga pengorbanan-pengorbanan yang lain. Asal bukan akhlak n aqidah Islami kita aja yang dikorbanin ya, Sob. Karena hanya kepastian azab ALLAH yang bakalan kita dapat.

Jika kita amati, hal diatas bisa bernilai Mudharat (kerugian) atas diri mereka sendiri karena lebih mengedepankan kemaslahatan orang lain. Alasannya pun juga cukup beragam, ada yang karena kepatuhan ortu, balas budi teman, menebus kesalahan masa lalu, mengharap ridho Illahi, de el el, de es be, es be ye lah pokoknya. Insyaallah, ALLAH kasih kedudukan tersendiri bagi “pelaku Mudharat diri sendiri” dalam kasus diatas. Asaaal.. ada alasan yang cukup kuat sebagai landasannya. Ambil contoh, Dakwah misalnya. Atas nama dakwah, aktivis rela sakit kehujanan. Atas nama dakwah pula, seseorang ikhlas membunuh perasaannya agar membawa kemaslahatan bagi orang lain. Seabrek deh pokoknya alasannya. Bukankah Dakwah merupakan wujud Jihad di negara damai seperti di Indonesia ini?
Sampaikanlah meski hanya 1 ayat Sob..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

free counters
Mobile Edition
By Blogger Touch
 

Back To Top