Cari Blog Ini

Jumat, 03 Juni 2011

~Muna Pake Fiq~

" woo.. dasar muna !! "

Kalimat itu kerap terdengar di kalangan anak-anak sma kalau lagi bete sama temennya yg bilang ga mau tapi ngelakuin juga. Kadang suka terdengar di arisan ibu-ibu waktu ngobrol dengan temannya semisal ada yang nusuk dia dari belakang. Nusuknya pake kata atau perbuatan ya, bukan pisau. Walaupun secara hukum formal ga masalah, tapi secara hukum Allah cuma Allah yang tahu, wallahu a'lam. Ya tho?

Hmm, kata-kata muna dan munafik secara terprogram mudah diucapkan. Suka keceplosan kalau kata emak-emak. Namun, kata ini mengandung makna yang dalam, apalagi kalau sudah di jejeri dengan nama seseorang, dalam artinya penggelaran sifat munafik di orang itu. Sebagai muslim yang baik, kita harus berhati-hati dengan kata ini. Kesel pastinya kalau liat orang yang mirip-mirip serigala berbulu domba. "Tuh, orang baik diluar nggerogotin di dalam. Munafik banget seh.."

Ups, hati-hati. Sebab..

Pada saat zaman Rasulullah, Rasulullah tau siapa-siapa orang yang munafik yang ada disekeliling beliau. Namun beliau tidak pernah mengumumkannya, beliau hanya meminta salah satu sahabat untuk mencatatnya. Haditsnya dijelaskan di Shahih Muslim nomor 4983


"Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] telah menceritakan kepada kami [Aswad bin 'Amir] telah menceritakan kepada kami [Syu'bah bin Al Hajjaj] dari [Qatadah] dari [Abu Nadhrah] dari [Qais] dia berkata; Saya pernah bertanya kepada Ammar, 'Bagaimanakah pendapatmu tentang peperangan melawan Ali? Atau, bagaimana pesan Rasulullah yang telah disampaikan kepadamu? ' [Ammar] menjawab; 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menyampaikan pesan kepada kami suatu pesan yang tidak beliau sampaikan juga kepada semua orang.' 'Saya diberitahu oleh [Hudzaifah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: 'Di kalangan sahabatku ada dua belas orang munafik. Di antara mereka ada delapan orang yang tidak akan masuk surga hingga ada seekor unta yang dapat masuk ke dalam lubang jarum. Delapan orang di antara mereka pasti akan tertimpa Dubailah, sedangkan yang empat lagi aku tidak hafal apa yang dikatakan Syu'bah tentang mereka.'"


Gunanya dicatet, I don't know, coz para ulama tidak membahas hal tersebut. Selain itu, catatan tersebut tidak terungkap sampai sekarang karena memang bukan untuk diungkapkan. Wah, kalau Rasulullah yang jelas-jelas sudah tau siapa saja orang munafik aja ga ngasih tau orang. Gmn kita ya? Meneladani beliau lah. Kalau rasanya tuh orang punya sifat munafik, dipergauli sperti orang biasa saja, tidak usah diberitahukan kepada orang lain perihal kemunafikannya dan alangkah lebih baik lagi bila di do'akan, semoga Allah memberinya hidayah. Aaamin Ya Robbal 'alamin.

Back to Rasulullah ya..

Dan suatu ketika, dedengkot orang munafiq tewas dan anaknya menemui Rasulullah agar Rasulullah turut mensholatkan ayahnya. Hal, tersebut dijelaskan dalam hadits Shahih Bukhari nomor 4304

"Telah menceritakan kepadaku [Ibrahim bin Al Mundzir] Telah menceritakan kepada kami [Anas bin 'Iyadl] dari ['Ubaidillah] dari [Nafi'] dari [Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma] dia berkata; "Ketika Abdullah bin Ubay meninggal dunia. anak laki-lakinya -yaitu Abdulah bin Abdullah- datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau berikan bajunya dan beliau perintahkannya untuk mengafani ayahnya dengan bajunya tersebut. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menshalati jenazah ayah Abdullah bin Abdullah bin Ubbay. Hingga akhirnya Umar menarik baju Rasulullah seraya berkata; "Ya Rasulullah, apakah engkau akan menshalati jenazah Abdullah bin Ubay sedangkan dia itu orang munafik? Padahal Allah telah melarang engkau memintakan ampun untuknya?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan pilihan kepadaku atau mengabariku." Lalu beliau membacakan ayat yang berbunyi; "Kamu memohonkun ampun bagi orang-orang munafik atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka, maka hal itu adalah sama saja. sekalipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali sekali-kali Allah tidak akan mengampuni mereka (Qs. At-Taubah 9: 80). Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Aku akan menambah istighfar lebih dari tujuh puluh kali untuknya." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetap saja menshalatinya dan kami pun shalat bersamanya hingga Allah menurunkan ayat Al Qur'an: "Janganlah kamu sekali-kali menshalati jenazah seorang di antara orang-orang munafik dan janganlah kamu berdiri di atas kuburnya, sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan munafiq." (Qs. At-Taubah 9: 84)."


Dari hadits diatas dapat diketahui bahwa pada awalnya Rasulullah turut mensholatkan Abdullah bin Ubay, tokoh orang munafik yang munanya ga ketulungan. Namun, sahabat beliau Umar bin Khattab menanyakan hal tersebut. Hingga pada akhirnya Allah melarang untuk mensholatkan orang munafik, bahkan untuk berdiri diatas kuburnyapun tidak diperbolehkan. Dan untuk seterusnya, Rasulullah tidak mensholatkan orang-orang munafik pada saat mereka meninggal.

Waduh, serem banget. Jenazahnya orang munafik tidak disholatkan !! Makanya kita harus berhati-hati bilang orang munafik karena hukumnya dia tidak disholatkan. Selain itu derajat mereka lebih rendah dari orang kafir. Lha wong ditempatkannya di kerak neraka. Nash Quran yang berkenaan dengan hal tersebut adalah suroh An Nisa ayat 145

"Sesungguhnya orang - orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan neraka paling bawah dan kamu sekali- kali tidak akan mendapat seorangpun penolong bagi mereka"

Biasanya nih, umat muslim tertukar dengan hadits sifat orang munafik yang isinya seperti ini

"Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya". (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).

Walaupun sifat orang munafik ada di satu orang, belum tentu dia bisa disegelin munafik. Karena orang munafik itu adalah yang orang yang mengaku muslim, dan jelas-jelas memerangi dan menghancurkan kita bahkan Islam dari dalam secara nyata. Parameter seseorang dikatakan munafik atau tidak hanya Allah yang tahu. Mungkin, kita bisa menemukan ciri-ciri and sifat munafik pada orang tersebut, namun sertifikasi munafik terhadap seseorang tetap dipegang oleh Allah SWT kan?

"Dan Dialah hakim yang sebaik-baiknya" (Al A'raf : 87)

{from:http://www.facebook.com/group.php?gid=115285171819189}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

free counters
Mobile Edition
By Blogger Touch
 

Back To Top